Terdengar suara lantunan lagu Move like Jagger Maroon5 dan Christina Aguilera.
“Just shoot for the stars, If it feels right. And aim for my heart, If you feel like And take me away and make it OK. I swear I'll behave. You wanted control, So we waited I put on a show. Now I make it You say I'm a kid. My ego is big, I don't give a shit. And it goes like this............... ”
Terkejut, akupun melompat mencoba meraih handphone pintar milikku itu. Dibawah bantal, di bawah selimut, guling. Gotcha!! Ternyata dibalik seprai.
Nomornya seperti kenal, siapa ya? Aku berusaha mengingat ingat, membuka daftar nomor telepon di prosesor otakku. Oh!! Ya, aku tau!
“ Hallo, Assalammualaikum “ jawabku pelan
“ Wa’alaikumsalam...” jawab suara diseberang sana
“ Ya?” jawab dan tanyaku kaku
“ Dimana? “ tanyanya pun canggung
“ Dirumah, dikamar” seperti biasa, aku tahu kebiasaan orang ini dalam bertanya, detil!
“ Oh.. sehat? “ tanya nya lagi
“ Alhamdulillah!” jawabku
“ Gimana, udah itu, uhm... udah ada?” tanya nya ragu-ragu
“ Alhamdulillah, udah, 5 bulan, sehat!” jawabku mencoba mengerti atas apa yang ditanyakan
“ Oh, syukurlah. Udah tau jenis kelaminnya? Dijaga, makan yang banyak “ tanyanya plus memberi nasihat yang membuat telingaku agak geli mendengarnya
“ Ga ditanya, sengaja . Biar jadi kejutan”
“ Oh, semoga sehat terus. Ga ada kendala kan? Tanya mu mencoba peduli
“ Amin, makasih. Yah, mual dan muntahnya lumayan parah sampe 4 bulan, sempet anemia dan hampir dirawat juga. Tapi alhamdulillah ga jadi “ jawabku antusias menceritakan kehamilanku
Aku sudah pernah membayangkan akan seperti apa jika aku hamil nanti. Dengan kondisi fisikku yang mudah sakit dan tidak kuat kerja berat, aku tahu akan menjadi lebih lemah dari sebelumnya. Namun aku ingin tahu reaksinya
“ Oh, kata mama mas itu namanya hamil manja, anaknya nanti rewel tuh. Kalo mama mas bilang jangan diikutin. Enakan hamil kebo” jawabmu ‘sok’ tahu
Haha, aku sudah tau akan seperti apa komentarmu. Memang sejak dahulu pun kamu selalu begitu, menyuruhku sebisa mungkin seperti mama atau kakakmu yang menurutmu kuat. Well, bukan keinginanku untuk menjadi lemah fisik seperti ini.
*tersenyum menyeringai* “ Yah, namanya orang hamil kan beda beda mas. Emang dulu nisa gimana hamilnya?” tanyaku ‘kepo’
“ Nisa ga aneh aneh hamilnya, ga mual muntah. Ga rewel juga” jawabmu
“ Bagus donk! Jadi ga ngerepotin mas ya? “ tanyaku memuji
“ Iya, syukurnya begitu. Mas kan juga ga bisa selalu nemenin dia” jawabmu antara bangga atau sedikit... malu!
“ Iya, kalo ndo mah ga kuat. Rewel selama 4 bulan pertama, mual, muntah, ga bisa masuk apa apa. Sempet pingsan juga, belum keluar flek. Tapi untungnya suami ndo sabaaaaaar banget. Ga pernah protes, apa lagi ngeluh. Setiap ndo muntah, dibersihin, dipijitin, dipapah dari kamar mama ke kamar kita dilantai 2. Trus pas ndo anemia juga langsung googling nyari obatnya, trus akhirnya bikin jus buah bit. Pas ngeflek juga ndo tulisin resep obat, abang beli snediri ke apotik. Alhamdulillah abang ngemooong banget! “ jawabku menceritakan kehamilanku berikut sikap suamiku yang penyabar
Kamu terdengar tertegun mendengar ceritaku. Bingung harus berkomentar apa. Entahlah, ada rasa senang mengalir dihati ini karena mampu membuatmu berhenti berceloteh. Terdengar suara desahan yang agak berat
“ Hmff... Syukurlah ndo mendapatkan lelaki yang baik kayak abang” jawabmu ‘bersyukur’
“ Iya, alhamdulillah. Ndo beruntung banget dapet suami sebaik abang. Dewasa, sabar, bertanggung jawab, dan ...... setia” jawabku berapi – api
Kamu kembali tertegun!
“ Hmmm... mas kemungkinan minggu besok mau ke Surabaya. Ada kapal yang musti diselidiki. Tapi masih tunggu kabar” ceritamu mengalihkan pembicaraan
“ Oh ya? Bagus donk. Udah pernah kesana sebelumnya juga kan?” jawabku santai
“ Iya, uhm.. Untung abang ga kerja kayak mas ya? Abang kerjanya apa? “ tanya mu menyelidik
“ Abang design dan kontraktor juga kayak papa.. Abang suka keluar kota juga sih, tapi ga seberapa sering”
“ Oh, ya syukurlah. Kontraktor kan banyak uangnya. Ga kayak mas, apa sih. Cuma polisi, mengandalkan gaji” jawabmu ‘merendah’
“ Yah, walau gimanapun juga ada untungnya juga sama polisi dulu... “ jawabku menggantung
“ Oya? Apa?” tanyamu semangat
“ Saingannya banyak, solanya polisi kan tebar pesona dimana – mana... “ jawabku sedikit memancing
“ Ndo.. Selama mas sama ndo, Cuma ndo pacar mas. Cuma ndo yang mas sayang. Ndo satu satunya cewek mas “ jawabmu yang terdengar gombal ditelingaku
“ Oh ya? Kalo memang cuma ndo, ga akan begini donk kita sekarang mas “ jawabku
“ Ndo, ada yang perlu ndo inget ya. Dia yang maksa pengen ketemu mas, bukan mas! “ jawabmu membela diri
Hmm.. ternyata benar kata mantan mantanmu. Kamu tipikal lelaki yang tidak mau disalahkan dan selalu memutarbalikkan fakta. Tidak heran dulu aku dan mantanmu pernah berselisih paham dan bahkan isteri mu yang dulu juga merupakan mantan pacarmu membenciku. Pasti kamu membumbui cerita cerita sebenarnya agar terkesan aku lah yang ‘mengejarmu’. Dan selalu begitu pada setiap wanita – wanita mu.
“ Well, kalo sekedar ketemu ga akan begitu juga mas. Dia bisa hamil kan karena mas juga. Jangan egoislah “
Ahh, lagi lagi aku harus membahas ini. Beruntung bukan dengan kondisi kamu yang menjadi suamiku, jadi tidak ada sakit dihatiku saat mengatakannya.
Kamu terdiam, tidak tahu lagi harus berkata apa. Sejujurnya aku tidak ingin membahas ini lagi. Kamu dan aku sudah memiliki kehidupan masing – masing. Perihal kamu bahagia dengan pernikahan yang kamu jalani atau tidak, itu bukan lagi urusanku. Tapi satu hal yang pasti, aku sangat bahagia dengan pernikahanku bersama lelaki yang aku temui di kota tempat aku merantau dan mampu mencintai dan menjagaku sepenuh hati.
“ Ndo, mas kangen sama ndo. Kalau aja mas bisa memutar waktu, mas ga akan mengulang kesalahan itu. Mas mungkin sama ndo sekarang. Ndo yang pertama kali tau mas lulus kuliah, mas wisuda, mas bisa pindah ke penyidik, dan impian impian mas lainnya yang bisa mas capai. Atau kalau aja mas dikasih kesempatan untuk memilih siapa yang jadi isteri mas nanti ketika dikehidupan selanjutnya, mas akan pilih ndo. Ndo yang mas cari! “ tuturmu terdengar ‘lagi lagi’ penuh penyesalan
“ Mas, ga penting membahas seandainya seandainya sekarang ini. Kita sama sama udah punya kehidupan masing masing. Mas udah punya Laudia, dan ndo sekarang lagi hamil. Anak abang, suami ndo. Ndo bahagia dengan kehidupan ndo sekarang. Suami penyayang, ipar yang baik, mertua yang perhatian, orang tua ndo juga sayang banget sama abang. Nano, Cita apa lagi. Dia mengidolakan abang banget. Ndo pernah di khianati, dan itu sakit. Ndo ga mau menyakiti abang dengan hal yang sama. Mas pernah melakukan kesalahan, jadi jangan ulangi lagi kesalahan itu. Hamil itu ga enak loh mas, capek. Ndo beruntung ada abang yang nemenin ndo selama hamil ini. Ga kebayang gimana payah nya Nisa waktu 5 pertama dia hamil tanpa mas, karena mas masih sama ndo. Memang itu pun bukan salah ndo, karena ndo ga tau kondisinya. Cuma tetap ndo ga mau menyakiti dia. Walau gimanapun ndo dan Nisa sama sama perempuan mas. “
“ Ndo tau ga? Waktu pas ndo ultah, mas nulis di status bbm mas ucapan happy birthday. Emang sih mas ga nulis nama ndo, tapi Nisa bbm mas, dia bilang siapa yang ulang tahun? Jadi curiga nih. Gitu! Dan waktu mau lahiran, Nisa direncanain Caesar. Taksiran bulan januari, mas bilang tanggal 18 aja. Tapi Nisa langsung curiga. Mas pengen masih ada sangkutan ndo dalam kehidupan mas agar bisa mas inget. Tapi karena Nisa curiga, jadi batal. Dan Laudia lahir akhir bulan januari. Mas terpaksa jual motor mas. Yah mungkin nanti mas bisa beli lagi. Walaupun kemarin itu mas susah ngedapetinnya.” Jawabmu mencoba mengambil simpatiku
“ Mas, udahlah. Jangan memperkeruh suasana. Ga usah mancing – mancing. Belajarlah mensyukuri dan menjaga apa yang mas punya. Sebelum mas menyesal untuk kesekian kali nya. Gimana ndo ga dicurigain mulu sama Nisa. Mas yang bikin semua nya jadi jelek. Coba kalau mas lebih dewasa, mungkin ndo akan bisa berteman sama Nisa seperti ndo berteman sama mantan mas yang lain. Dan bukan justru jadi musuh kayak gini. Ndo sedikit sedih, walau bagaimanapun mas dulu sahabat ndo. Tapi semua harus berakhir ga baik karena tingkah laku mas. Ndo berharap kalo memang ndo sama mas ga bisa bareng sebagai pasangan atau sahabat, paling ga sebagai teman kita masih bisa berkomunikasi. Tapi mas menutup semua kesempatan itu dengan tingkah mas yang konyol” tukasku sebal
*hening*
“ Mas gimana, masih minum? “ tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan yang mulai tidak enak ini.
“ Udah ga, kan dulu mas udah janji ga akan minum lagi, demi ndo. Buat ndo “ jawabmu
“ Mas, udahlah. Bisa ga sih kita ngobrol normal sebagai teman, atau adik kakak kayak yang mas bilang dulu? Sekarang ini bukan waktunya mas bilang demi ndo, karena ndo, atau buat ndo. Ma udah punya anak. Perempuan lagi. Belajarlah jadi figur yang baik buat dia idolakan. Cukup om dan pakde nya yang ga bener sampe sekarang. Jangan sampe papa nya sendiri ga bisa dia jadikan contoh yang baik.” Jawabku geram
“ Iya.. mas coba, walaupun sampai saat ini mas masih setengah hati menjalani kehidupan rumah tangga mas. Itu karena mas masih berharap sebetulnya ndo lah isteri mas”
“ Ya udahlah mas, ndo males ngelanjutin ngobrol sama mas. Ndo mau nyiapin makan buat abang dulu” jawabku menyudahi
“ Oh .. iya, tapi ndo. Mas masih boleh kan nelpon ndo sekedar cerita, bertegur sama kapan kapan? “ tanyamu
“ Well, kalo ujung ujungnya begini lagi. Better ga usah mas, ndo ga mau kehidupan ndo jadi ribet karena omongan omongan mas “ jawabku ogah ogahan
“ Ga, mas janji ga akan begini lagi.” Jawabmu cepat
“ Ya udah, boleh”
“ Makasih ndo, salam buat abang, semoga kandungan ndo sehat selalu sampe lahiran ya” tutupmu
“ Iya, insyaAllah disampaikan. Assalammualaikum!” jawabku menutup pembicaraan
Lagu Nidji berjudul Jangan lupakan itu pun mengalun tak lama setelah aku menutup teleponnya. Lagu kita, aku dan kamu. Tapi aku sudah lama tak menganggapnya. Karena aku tidak mau kebahagiaanku hancur hanya karena bualan masa lalu.
Tiba tiba aku ingat kutipan salah satu ayat di Al-qur’an. “ Kadang yang tidak kita sukai, adalah yang baik untuk kita. Dan yang kita sukai adalah yang buruk untuk kita. Hanya Allah yang maha mengetahui”
Teringat pula olehku pepatah minang “Dapek nan dihati, indak dapek nan dikahandak hati”
0 comments:
Post a Comment