Dimulai dari
Lelaki itu,,berbadan kurus,berkulit coklat..
Lelaki itu,masih terlihat ketampanannya..
Lelaki itu,disukai banyak wanita pada jamannya..
Lelaki itu,sebatang kara menjalani hidup..
Lelaki itu seorang piatu,dan Ia tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu..
Lelaki itu,pada pertumbuhannya selalu membuat onar dan berpindah tempat belajar..
Lelaki itu,lelaki yang keras hati namun pengiba..
Lelaki itu,menemukan tambatan hati ketika sang teman ingin mencari istri..
Lelaki itu,merantau mengadu nasib..
Lelaki itu,bekerja serabutan demi anaknya dikampung halaman
Lelaki itu,mencapai sukses karena istrinya,istri yang kuat dan sabar..
Lelaki itu,menjadi berani tatkala anaknya mengalami kecelakaan..
Lelaki itu,tumbuh menjadi suami dan bapak yang penyayang..
Lelaki itu,,tidak pernah menyangka dengan apa yang dimilikinya sekarang
Lelaki itu,1 bulan kemarin memasuki usianya yang ke 49 tahun
Ahhh,,Lelaki itu,,aku begitu mengaguminya..
Karena lelaki itu,,adalah Ayahku yang ku cinta..
Aku dedikasikan kepada Papap ku Effendi S.E
Untuk ulang tahunnya yang ke 49th,tanggal 10 agustus 2009 kemarin
Lovely yours,, Cicilia!
Papa
Papa bernama Effendi, papa anak tunggal. Walau anak tunggal, papa bukan tipe anak tunggal yang di film film. Papa ga pernah ketemu ibu nya sejak lahir. Nenek meninggal ga lama setelah papa lahir. Kakek juga langsung menikah lagi ga lama setelah nenek meninggal. Papa akhirnya hidup terkatung katung dititipkan kesana sini. Dulu kakek seorang pedagang, kakek sibuk berdagang dan jarang memberikan perhatian dan kasih sayang ke papa. Papa pun selalu dititipkan ke orang yang tidak tepat. Singkat cerita, papa sangat haus kasih sayang. Itu makanya setelah menikah dengan mama ( yang hanya berproses 1 minggu ) papa menjadi sedikit cengeng yang dalam artian cuma mama tempat papa mengadu dan berkeluh kesah. Papa juga menjadi orang yang cukup protek terhadap anak anaknya. Papa akan sedih kalau anaknya tidak menurut (rasanya semua orang tua begitu)
Tapi ada beberapa hal yang saya suka dari papa. Papa tipe orang pekerja keras, banyak wejangan wejangan dari papa yang selalu saya ingat sejak kecil. Seperti tidak boleh ketempat dugem, tidak boleh minum, merokok (walau mama dan papa merokok), harus bisa semua hal agar tidak dibodoh - bodohi, dll. Dari sekian banyak wejangan papa, wejangan tentang mencari jodoh lah yang selalu saya ingat dan camkan dibenak saya. Papa bilang, di Al-qur'an ditulis : Wanita baik untuk lelaki baik baik, dan lelaki baik untuk wanita baik baik. Papa bukanlah ahli tafsir, tetapi papa suka belajar tentang agama. Walau papa dulu adalah tipe anak lelaki yang badung (menurut papa semua anak laki laki pasti dan harus badung sebelum menikah).
Papa cukup ketat dalam menjaga anak anaknya. Pernah sewaktu waktu saya ada acara pensi sekolah dan kebagian mengisi acara. Untuk itu kami diharuskan gladi resik hingga tengah malam. Papa yang ketika itu bekerja di perusahaan temannya menjemput dan menunggu saya hingga selesai. Jam 12 malam! padahal papa baru pulang kerja. Papa juga beberapa kali mengantar saya mengikuti lomba peragaan busana. Papa selalu menelepon saya ketika saya masih belum tiba dirumah menjelang maghrib. Papa pernah memaki teman laki - laki saya yang menelepon pukul 4 pagi. Padahal itu bukan bulan puasa. Samapi akhirnya hp saya disita setiap malam. Papa juga pernah memarahi saya habis-habisan karena pulang jam 2 pagi akibat part time dari sekolah, dan hp tidak aktif. Saya beberapa kali seling berselisih paham dengan papa, Bahkan hingga usia 22 tahun saya masih sering membuat papa sedih dan kecewa. Entah sudah berapa banyak airmata papa yang jatuh akibat saya, dan berapa banyak bulir keringat yang ia peras demi menghidupi saya dan kedua adik saya, anak anaknya.
Saya dan papa cukup dekat, dan ada beberapa persamaan sifat kami yang akhirnya bikin kami lebih sering bersitegang mempertahankan pendapat masing masing. Namun seiring bertambah umur kami berdua, ketegangan itu mulai mencair. Papa mulai membolehkan saya pacaran, bahkan "terpaksa" merestui saya dengan teman laki laki saya yang sangat tidak papa suka karena pernah berkata tidak sopan. Papa juga yang menenangkan saya saat putus dengan lelaki itu. Kalimat papa yang tidak akan pernah saya lupakan adalah : " ternyata sekuat apa pun papa melindungi kamu dari sakit dan sedih, tetap papa ga bisa selalu menemani kamu menuju dewasa. Walau harus merasakan sakit dikhianati dan sedih karena putus. Tapi kamu akan makin dewasa dengan begini. Tidak lagi jadi putri kecil papa yang cengeng".
Semakin saya dewasa dan papa bertambah tua, papa lebih bijak dalam menegur saya. Tidak heran ketika saya berpindah pindah tugas keluar kota. Saya selalu merindukan papa, merindukan telepon pagi hari dari papa hanya untuk minta tolong dipijit, atau pelukan hangat papa saat saya sedih. Papa adalah orang tua sekaligus juri saya dalam menilai laki - laki. Papa sangat mengerti bagaimana membuat saya tenang disaat masa masa kalut saya. Mama dan papa adalah kombinasi yang pas dalam membentuk saya menjadi seperti sekarang. Kolaborasi mama yang keras dan papa yang lembut namun tegas membuat saya menjadi lebih tegar menghadapi setiap masalah.
Tidak terasa usia saya sudah mendekati seperempat abad. Kala saya di Surabayam entah mengapa tiba tiba papa menanyakan perihal lelaki yang sedang dekat dengan saya. Saya agak terkejut, karena awalnya saya memang tidak terlalu memikirkan itu. Tetapi ada beberapa lelaki yang sedang mendekati saya, namun pikiran saya saat itu hanya tertuju kepada Bang Feri (Jiddi - suami saya sekarang), karena interval perkenalan kami dengan pertanyaan papa ini tidak terlalu jauh. Jadilah saya cerita ke Papa, dan diluar perkiraan papa langsung menyuruh saya untuk mengenalkan. Singkat cerita, Jiddi yang pada saat itu memang sangat ingin segera meminang saya pun akhirnya menemani saya mudik ke Jakarta dengan tujuan melamar secara pribadi diikuti oleh kedua orang tua nya 1 minggu kemudian.
Menjelang pernikahan, saya beberapa kali berselisih paham dengan papa. Entah saya yang stress atau papa yang terlalu takut kehilangan anaknya. Tapi pada akhirnya saya sadar, papa mempunyai ketertakutan yang luar biasa menjelang melepaskan anaknya dan mengalihkan tanggung jawab dunia akhirat kepada laki laki yang belum pernah dia kenal sebelumnya. Ya! Papa terlalu mencintai saya, anaknya. Dan ini adalah kali pertama papa menikahkan anaknya. Namun akhirnya masa masa itu pun berlalu. Saya memohon maaf dan restu papa dihari pernikahan saya. Saya juga berterima kasih atas semua yang papa berikan ke saya hingga mengantarkan saya ke gerbang pernikahan dengan selamat.
Setelah saya menikah, papa masih mempersilahkan kami yang belum mapan untuk tinggal bersama. Papa juga tidak segan membantu kami secara finansial. Papa sangat sayang dan menerima baik suami saya. Papa berprinsip akan menyayangi menantu nya seperti anaknya sendiri. Jadilah apapun yang dibelikan untuk anaknya, juga dibelikan untuk menantunya. Sama sekali tidak ada perbedaan. Sampai suami saya kagum dan ingin seperti papa dalam memilih menantu nantinya. Sedikit banyak, tanpa saya sadari. Saya memilih suami yang figurnya hampir mirip dengan papa. Bahkan saking miripnya, ada beberapa kali mereka berkata yang sama, style sama, dan hobi dan minat yang sama. Papa selalu mengajak suami, adik papa, dan adik saya yang lelaki untuk bermain billiard bersama minimal 1 bulan sekali. Whatta wonderful daddy i have! and i reallu love and proud of him! always!
0 comments:
Post a Comment