Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Tuesday, June 5, 2012

Eat, Pray, Love (my own version)

Semalam saya abis nonton Eat, Pray, Love nya Julia Roberts yang termahsyur itu di channel HBO. Saya penasaran banget dengan jalan ceritanya. Kenapa dia mengambil judul itu, dan penasaran juga dengan adu akting JR dengan artis kawakan Indonesia, Christine Hakim. Ternyata memang pas banget disandingkan dengan JR di film itu.

Well, saya sih tidak ingin membahas mengenai film dan artis - artis nya dari segi pakar perfilm-an. Karena memang bukan bidang saya. Tapi saya ingin napak tilas dengan  film itu. Karena saya tahu betul film itu pernah syuting di bali pada tahun 2009. Dimana saat itu saya sedang menjalin hubungan dengan seorang pria yang sedang bertugas disana selama proses syuting itu berlangsung. Sebut saja inisialnya A. dan sesuai jalan cerita Eat, Pray, Love itulah cerita ini berawal.

 “I was full of a hot, powerful sadness and would have loved to burst into the comfort of tears, but tried hard not to, remembering something my Guru once said -- that you should never give yourself a chance to fall apart because, when you do, it becomes a tendency and it happens over and over again. You must practice staying strong, instead.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love

2010 pertengahan (jika tidak salah) film yang dibintangi Julia Roberts itu diputar di Indonesia. Banyak teman teman yang berlomba lomba menontonnya. Selain karena bintang didalamnya, juga karena akhirnya Bali diperkenalkan melalui media film oleh Hollywood. Karena produser film ini sendiri adalah Brad Pitt. Suami dari Aktris kawakan Hollywood , Angelina Jolie yang juga pernah bermain film bersama di Mr. and Mrs Smith. Pada dasarnya saya bukanlah tipe movieholic atau movieaddict. Makanya tidak terlalu antusias seperti yang lain untuk menontonnya. Namun dikarenakan saat itu saya baru saja lulus kuliah program DIV Kebidanan, dan sedang tidak ada kegiatan, saya berhasrat ingin menontonnya bersama sahabat dan partner in crime saya @adekefahransa (http://insideadeke.blogspot.com/). Namun dikarenakan dia sudah menonton, dia berkata pada saya untuk tidak usah menonton film itu. Karena ceritanya sangat galau!

 “Do not apologize for crying. Without this emotion, we are only robots.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love

Well, @adekefahransa memang tau bahwa kondisi saya saat ingin menonton film itu sedang labil paska putus dengan si A sesudah lebaran. Saya sempat mengurung diri dikamar beberapa hari dan malas kemana-mana selama 2 pekan. Akhirnya @adekefahransa pun mengajak saya berjalan jalan, untuk hang out, kondangan, wisata kuliner, apa saja agar saya tidak larut dalam kesedihan pada saat itu. Saya pun mengikutinya, karena saya merasa sudah waktunya saya move on.

“When I get lonely these days, I think: So BE lonely, Liz. Learn your way around loneliness. Make a map of it. Sit with it, for once in your life. Welcome to the human experience. But never again use another person's body or emotions as a scratching post for your own unfulfilled yearnings.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love
 
Singkat cerita, hal pertama yang saya lakukan paska putus tersebut adalah keliling Jakarta untuk mengembalikan gairah saya, gairah bermain, bersenda gurau, berteman, dan makan! Ya, saya sempat kehilangan nafsu makan saya kala itu. Berat badan saya turun 4 kg dalam 2 pekan. Cukup menguntungkan seandainya tidak disertai mata yang bengap dan muka yang kuyu. Akhirnya saya pun road show bersama deke, pergi dari undangan pernikahan satu dan yang lainnya hanya untuk makan, bellum lagi kami juga mampir ke Senen untuk makan nasi kapau dalam porsi yang cukup besar. Kami membuat banyak orang keheranan. Karena dengan postur kami yang cukup kurus pada saat itu, makanan yang masuk ke mulut kami diluar perkiraan. but who care? berhubung Adeke sedang LDR, jadi dia pun terbawa hasutan saya untuk menemani makan :). Itulah saat dimana saya memasuki episode "Eat" seperti di film tersebut. Di Jakarta, saya belajar memakan semuanya, mengembalikan nafsu yang sempat hilang.

 
 makan nasi kapau di senen
road to another wedding invitation on the same day

"Liz Gilbert: I did love you, Stephen.
Stephen: I know. But I still love you.
Liz Gilbert: So, love me.
Stephen: But I miss you.
Liz Gilbert: So, miss me. Send me love and light every time you think of me... Then drop it. It won't last forever. Nothing does."



 meet maria at citos

Setelah 2 minggu kami habiskan untuk berburu makanan dan mengembalikan kondisi saya yang sedang hampa pada saat itu, tiba tiba pembimbing KTI / TA saya menawarkan pekerjaan menjadi interpreter volunteer asal USA bernama Denise selama 3 bulan di Biereun, Aceh. Saya yang pada saat itu sedang linglung, langsung saja mengiyakan. Dengan proses 1 minggu saya menyiapkan semua keperluan untuk keberangkatan. taken kontrak dengan NGO tempat saya bernaung. Saya juga mengurus berkas kelulusan saya. Karena sepertinya saya tidak akan bisa hadir pada saat wisuda saya nanti. Setelah semua persyaratan saya penuhi dan selesaikan, tibalah waktu keberangkatan saya. Akhir september 2010 saya bertolak ke Aceh, sesuai dengan peraturan daerah Aceh saya pun mengenakan pakaian muslim. Saya berjilbab! Bukan hal yang pertama sih, hanya saja ini akan lebih berat karena saya harus mengenakannya kemanapun selama di Aceh kalau tidak ingin di tangkap WH (SatpolPP Aceh).

 “Look for God. Look for God like a man with his head on fire looks for water.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love: One Woman's Search for Everything Across Italy, India and Indonesia


 


And here we are, in Aceh for several months. but feels like a thousand days with our condition (Denise just married and me just broke up). We do our job as the best as we can. Visiting all puskesmas, and supervision the hospital.

we live in a head of health distric's house. it's next to the new lab and near from the main street

our house is in the middle between the staff's house and lab

we use Becak all the time when we were in Biereun

visiting  some village for supervision with the local midwife
make our own food sometimes

or go to another city for hang out and eat pizza :)

“This is a good sign, having a broken heart. It means we have tried for something.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love 

That was heavy for me. I always remember my ex while I'm in Aceh. Sampai akhirnya ternyata salah satu teman saya ternyata adalah anak dari manager tempat Peter (suami Denise) bekerja. Setelah saya bertemu dia ketika berlibur di Jakarta, kamipun menjalin hubungan jarak jauh. Cukup singkat, hanya 1 bulan terakhir semenjak kepulangan saya dari Aceh, kami putus (Desember). Tetapi ada hikmah yang saya dapat selama di Aceh, saya yang sebelumnya tidak berhijab (walau juga tidak selalu berpakaian seksi) pada akhirnya memutuskan berjilbab sepulangnya dari Aceh. 

 “There’s a crack (or cracks) in everyone…that’s how the light of God gets in.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love
 
Di Aceh saya banyak mendapat pelajaran hidup, dan saya lebih rajin beribadah, entah karena tuntutan lingkungan yang notabene muslim semua atau memang hasrat pribadi. yang pasti saya kini memainkan episode "Pray" dalam episode "Eat, Pray, Love" versi saya.

“I have a history of making decisions very quickly about men. I have always fallen in love fast and without measuring risks. I have a tendency not only to see the best in everyone, but to assume that everyone is emotionally capable of reaching his highest potential. I have fallen in love more times than I care to count with the highest potential of a man, rather than with the man himself, and I have hung on to the relationship for a long time (sometimes far too long) waiting for the man to ascend to his own greatness. Many times in romance I have been a victim of my own optimism.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love

Saya pun kembali ke Jakarta. Selang beberapa bulan setelah kepulangan saya, saya mendapatkan tawaran pekerjaan bidan lain, namun masih dalam ruang lingkup Ibu dan anak. Saya dipilih untuk menjadi manajer spa ibu, bayi, dan anak di cabang yang baru. Yaitu Surabaya, Jawa Timur. 

Tidak sampai lama bagi saya untuk mengatakan saya bersedia. Saya pun langsung menjalani trainging selama kurang lebih 3 bulan untuk memahami semua sistem dan manajemen perusahaan. Pada akhir mei 2011 saya berangkat ke Surabaya dengan pesawat paling pagi bersama para staff :)
wajah antara lega dan mengantuk para staff
tiba di hotel, menunggu para owner datang menjemput dan mengajak makan siang serta belanja keperluan kantor

karena masih finishing kantor, kami pun memanfaatkan waktu yang senggang untuk berjalan jalan ditemani junior abang saya yang bekerja sebagai polisi
bergaya sejenak sebelum opening
saya dan para therapist

Menjadi leader dan juga orang tua bagi para staff adalah tantangan baru bagi saya. Dan ini bukan hal mudah. Walau staff saya ada yang berusia lebih tua, namun saya tidak boleh membedakan mereka dalam hal kebijakan. Alhamdulillah perjuangan kami berbuah manis, omzet yang kami dapat sesuai target perusahaan yang ditentukan oleh para owner. Kami pun beberapa kali mendapatkan bonus, baik berupa barang maupun hiburan. Para owner juga cukup royal kepada staff, dan ini berdampak baik pada kinerja mereka karena menjadi lebih semangat.

There is so much about my fate that I cannot control, but other things do fall under the jurisdiction. I can decide how I spend my time, whom I interact with, whom I share my body and life and money and energy with. I can select what I can read and eat and study. I can choose how I'm going to regard unfortunate circumstances in my life-whether I will see them as curses or opportunities. I can choose my words and the tone of voice in which I speak to others. And most of all, I can choose my thoughts.”
Elizabeth Gilbert

Setelah kurang lebih 3 bulan saya di Surabaya, dengan bantuan iseng iseng dari salah satu costumer saya (cek juga blog saya yang berjudul menjemput jodoh), akhirnya saya berkenalan dengan seorang pria asli Surabaya. Perkenalannya cukup singkat, hanya 1 minggu. Kemudian dia mengajak saya menikah. Cukup kaget karena pada awalnya tidak ingin mempunyai hubungan asmara dengan siapapun selama di Surabaya. Kapok! itu kata kata yang tepat setelah beberapa kali rencana serius tidak berjalan sesuai harapan. Namun setelah pertimbangan masak masak dan masukan dari orang orang terdekat, akhirnya saya pun mengiyakan ajakannya. Dikarenakan kami jarang bertemu, jadi untuk kenang kenangan saya meminta bantuan teman saya Dewi untuk menyambung foto kami berdua menjadi satu.

cukup apik ya? lokasi Jiddi di Surabaya, dan saya di Jakarta. Namun terkesan seolah olah kami duduk dalam satu meja.

Hanya selang beberapa minggu setelah saya memberikan jawaban mengenai menikah, kami pun ke Jakarta. Tidak ingin membuang waktu, kami segera melakukan foto pranikah dan membeli bahan untuk membuat baji nikah. Konsep kami sederhana, tanpa menghilangkan unsur agama dan asal daerah saya.

beli bahan kebaya dan beskap disalah satu toko tekstil langganan dikawasan jaksel.
melakukan foto pranikah dadakan di salah satu mall terbesar di jakarta pusat.

And finally kami pun memutuskan menikah pada 1 minggu setelah lebaran haji. Atau 1,5 bulan setelah keluarga suami melamar saya ke Jakarta. Akhirnya saya pun menemukan pasangan hidup saya dan memasuki episode "Love" dalam film "Eat, Pray, Love" versi saya sendiri.

“People think a soul mate is your perfect fit, and that's what everyone wants. But a true soul mate is a mirror, the person who shows you everything that is holding you back, the person who brings you to your own attention so you can change your life.

A true soul mate is probably the most important person you'll ever meet, because they tear down your walls and smack you awake. But to live with a soul mate forever? Nah. Too painful. Soul mates, they come into your life just to reveal another layer of yourself to you, and then leave.

A soul mates purpose is to shake you up, tear apart your ego a little bit, show you your obstacles and addictions, break your heart open so new light can get in, make you so desperate and out of control that you have to transform your life, then introduce you to your spiritual master...”

Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love



Sekarang saya tengah hamil 26 minggu. Dengan lelaki yang telah menjadi suami saya, yang saya temui tanpa sengaja di perjalanan terakhir saya. Bermdalkan ketakutan memulali hubungan baru, merasa hampa, akhirnya saya menikah dengannya. Dia pria yang baik, yang membuat hidup saya lebih berwarna. Hidup tidak selamanya mulus, itu yang menjadikannya tidak bosan untuk diceritakan. Semoga ini adalah yang terakhir.

 “Having a baby is like getting a tattoo on your face. You really need to be certain it's what you want before you commit.”
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love

 

  Someday you're gonna look back on this moment of your life as such a sweet time of grieving. You'll see that you were in mourning and your heart was broken, but your life was changing...”
Elizabeth Gilbert


































0 comments:

Post a Comment